Jumat, 20 Februari 2015

أسماء الشهور فى الإسلام

Mengenaskan , kemarin malam saya mendapatkan BC di BBM saya tentang besok adalah tanggal 1 sofar , yang sangat saya sayangkan adalah kenapa sudah sekian puluh tahun menjadi orang islam  tapi tidak hafal dengan nama bulan islam , untuk itulah kenapa saya tergugah untuk menulis nama-nama bulan dalam islam dalam blog saya ini. ( semoga bermanfaat bagi kita semua ) Amin .

PIN BBM : 7DFC4148

Nama-Nama bulan Islam :
  1. محرم
  2. صفر
  3. ربيع الاول
  4. ربيع الثانى
  5. جمادى الأولى
  6. جمادى الثانى
  7. رجب
  8. شعبان
  9. رمضان
  10. شوال
  11. ذو القعدة
  12. ذو الحجة

Jumat, 16 Januari 2015

Arti Sholawat Mahalul Qiam



محل القيام
فَاهْتَزَّ اْلعَرْشُ طَرَبًا وَاسْتِبْشَارًا . وَازْدَادَ اْلكُرْسِيُّ هَيْبَةً وَوَقَارًا . وَامْتَلَأَتْ السَّمَوَاتُ أَنْوَارًا . وَضَجَّتْ الْمَلاَئِكَةُ تَهْلِيْلاً وَتَمْجِيْدًا وَاسْتِغْفَارًا . ( سُبْحَانَ اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ) وَلَمْ تَزَلْ أُمُّهُ تَرَى أَنْوَاعًا مِنْ فَخْرِهِ وَفَضْلِهِ . إِلَى نِهَايَةِ تَمَامِ حَمْلِهِ . فَلَمَّا اشْتَدَّ بِهَا الطَّلْقُ بِإِذْنِ رَبِّ اْلخَلْقِ . وَضَعَتْ الْحَبِيْبَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا شَاكِرًا حَامِدًا كَأَنَّهُ اْلبَدْرُ فِى تَمَامِهِ
Arsy berguncang karena sangat senang dan bahagia , bertambahlah kehaibahan kursiy Allah SWT , langit dipenuhi dengan cahaya , para Malaikat bergemuruh membaca tahlil tamjid dan istighfar , dan tiada hentinya Siti Aminah menyaksikan berbagai macam keagungan dan keutamaan baginda Muhammad SAW , sampai pada sempurnanya mengandung Rosulullah SAW , maka ketika Siti Aminah telah merasakan sakit yang amat sangat , dengan idzin Allah SWT dzat yang maha menciptakan , maka Siti Aminah melahirkan seorang kekasih yaitu Muhammad SAW dalam keadaan bersujud syukur memuji Allah SWT , dengan wajah seperti bulan purnama yang sempurna.
أَشْرَقَ اْلكَوْنُ إِبْتِهَاجًا  #  بِوُجُوْدِ اْلمُصْطَفَى أَحْمَدْ
Alam bersinar bersuka ria menyambut kelahiran Al-Musthofa Ahmad
وَلِأَهْلِ اْلكَوْنِ أُنْسٌ  #  وَ سُرُوْرٌ قَدْ تَجَدَّدْ
Riang gembira menyelimuti penghuninya dan sungguh telah mendapatkan kebahagiaan baru
فَاطْرَبُوْا يَا أَهْلَ اْلمَثَانِى  #  فَهَزَارُ اْليُمْنِ غَرَّدْ
Bergembiralah wahai ahli Al-Qur’an dan burung bulbul berkicauan karena mendapat keberuntungan

وَاسْتَضِيْئُوْا بِجَمَالٍ  #  فَاقَ فِى اْلحُسْنِ تَفَرَّدْ
Dan mintalah cahaya dengan sinar keindahan yang mengungguli dalam keindahan yang tiada bandingan
وَلَنَا اْلبُشْرَى بِسَعْدٍ  #  مُسْتَمِرٍّ لَيْسَ يَنْفَدْ
Kini wajib bagi kita bersuka cita dengan keberuntungan yang terus menerus tiada hentinya
حَيْثُ أُوْتِيْنَا عَطَاءً  #  جَمَعَ اْلفَخْرَ اْلمُؤَبَّدْ
Manakala kita diberikan anugerah yang terkumpul dalam kebanggaan yang abadi
فَلِرَبِّي كُلُّ حَمْدٍ  #  جَلَّ أَنْ يَحْصُرَهُ اْلعَدْ
Bagi Allah tuhanku segala puji tiada bilangan yang mampu untuk mencakupnya
إِذْ حَبَانَا بِوُجُوْدٍ  #  المُصْطَفَى اْلهَادِى مُحَمَّدْ
Atas anugerah yang diberikan kepada kita dengan lahirnya Al-Musthofa Al-Hadi Muhammad
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَهْلاً  #  بِكَ إِنَّا بِكَ نَسْعَدْ
Ya Rosulullah selamat datang sungguh kami sangat beruntung dengan kehadiranmu
وَبِجَاهِهِ يَا إِلَهِيْ  #  جُدْ وَ بَلِّغْ كُلَّ مَقْصَدْ
Demi ketinggian derajat Rosulullah SAW di sisiMu ya Allah ya tuhanku berikanlah kami ni’mat dan sampaikanlah pada setiap tujuan kami

وَاهْدِنَا نَهْجَ سَبِيْلِهْ  #  كَيْ بِهِ نَسْعَدْ وَ نُرْشَدْ
Tunjukkanlah kami pada jalan yang ia tempuh agar dengannya kami mendapat keberuntungan dan petunjuk
رَبِّيْ بَلِّغْنَا بِجَاهِهِ  #  فِى جِوَارِهِ خَيْرِ مَقْعَدْ
Ya Allah tuhanku demi kemuliaannya disisimu sampaikanlah kami pada tempat yang terbaik disisinya
وَصَلاَةُ اللهِ تَغْشَى  #  أَشْرَفَ الرُّسْلِ مُحَمَّدْ
Semoga sholawat ( rohmat Allah ) selalu meliputi Rosul termulia Muhammad SAW
وَسَلاَمٌ مُسْتَمِرُّ  #  كُلَّ حِيْنٍ يَتَجَدَّدْ
Serta salam yang terus menerus silih berganti setiap waktu.

Ø  Lahir di Makkah , senin pagi 12 Robi’ul Awwal ( tahun gajah ) / 20 April 571 M.
Ø  Wafat di Madinah , senin 12 Robi’ul Awwal , tahun 11 H / 07 Juni 633 M.
Ø  Dimakamkan di kamar Sayyidatina A’isyah R.Anha.
Ø  Umur = 63 th lebih 3 hari ( tahun Qomariyyah ) . 61 th lebih 84 hari ( tahun Syamsiyyah ).
Ø  Diangkat sebagai Nabi dan Rosul pada hari senin 17 Romadhon , pada umur 40 th lebih 6 bulan 8 hari ( tahun Qomariyyah ) / 06 Agustus 610 M di gua chiro’.




كتبه
محمّد طيّب عثمان الجمفراجي

Minggu, 28 September 2014

Kilas Ta'rif Munakahah Empat Madzhab



MUNAKAHAH
Oleh : Toyip Usman
A. Definisi
            Dalam kitab كتاب الفقه على المذاهب الأربعة  nikah mempunyai tiga makna :
1.     Makna secara lughot ( bahasa ) yaitu mengumpulkan
2.     Makna secara syar’i , dalam hal ini terjadi silang pendapat antar ulama’ , terbagi dalam tiga pendapat :
Ø Sesungguhnya nikah adalah hakikat dalam wat’i ( intim ) dan majaz dalam aqad , sehingga ketika kita menemukan kata-kata nikah dalam al-kitab ataupun as-sunah tanpa adanya qorinah maka itu berarti wat’i ( intim ) seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 22   ولا تنكحوا ما نكح ءاباؤكم من النساء إلا ما قد سلف , kata nikah dalam ayat itu bermakna al-wat’u.
Ø Sesungguhnya nikah adalah hakikat dalam aqad dan majaz dalam wat’i , seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat 23  حتى تنكح زوجا غيره , kata nikah dalam ayat tersebut bermakna aqad . ( qoul Arjah madzhab Syafi’i dan Maliki ).
Ø Nikah adalah musytarok lafdiy antara aqad dan al-wat’u karena terkadang dalam syara’ lafad nikah digunakan untuk aqad dan wat’u .
3.     Makna nikah secara fiqih , dalam hal ini ibaroh fuqoha’ juga terjadi silang pendapat , akan tetapi semua kembali dalam satu makna yaitu tujuan Allah SWT mensyari’atkan nikah.

Definisi nikah menurut empat madzhab
v الحنفية : adalah aqad yang memberikan faidah pada milkul mut’ah ( kehususan laki-laki untuk menikmati dan mengambil kemanfa’atan perempuan baik vagina ataupun seluruh badan ) secara sengaja.
v الشافعية : adalah aqad yang mengandung kepemilikan wat’i ( intim ) dengan menggunakan kata-kata   إنكاح  atau   تزويج  atau yang semakna keduanya.
v المالكية : adalah aqad murni untuk mengambil kenikmatan dengan seorang perempuan.
v الحنابلة : adalah aqad dengan menggunakan kata-kata   إنكاح  atau   تزويج  atas kemanfatan istimta’ ( bersenang-senang ).
 B. Dalil nikah
            Adapun dalil yang memperbolehkan nikah adalah ayat suci Al-Qur’an dan hadis nabi SAW
فانكحوا ما طاب لكم من النساء ( النساء 3 )
و أنكحوا الأيامى منكم ( النور 32 )
قال صلى الله عليه و سلم : تناكحوا  تكثروا فأنى مباه بكم الأمم يوم القيامة  ( رواه عبد الرزاق مرسلا )
وقال : من أحب فطرتي فليستسن بسنتي و من سنتي النكاح  ( رواه البيهقي فى السنن )


 C. Rukun nikah
            Rukun nikah ada 5 :
1.     Calon suami : disyaratkan bagi calon suami harus islam , halal , muhtar (tidak dipaksa) , muayyan (tertentu) , mengetahui nama calon isterinya , nasabnya , ainnya (bentuknya) , kehalalannya dan nyata sifat laki-lakinya.
2.     Calon isteri : disyaratkan bagi calon isteri harus halal , tertentu , tidak terikat dengan sebuah perkawinan ataupun masa iddah , nyata sifat kewanitaannya.
3.     Wali : disyaratkan bagi wali harus muhtar (bukan paksaan) , baligh , berakal , merdeka , laki-laki , islam , tidak fasiq , halal (tidak mengerjakan haji ataupun umroh dan tidak mahjur alaihi (tercegah tasorufnya).
4.     Dua saksi : disyaratkan bagi dua saksi yaitu islam , baligh , berakal , laki-laki , merdeka , tidak cacat ( penglihatan , pendengaran dan lisan ) mengetahui lisan mutaaqidain dan adil. Menurut madzhab Syafi’i sudah dianggap cukup dua saksi walaupun fasiq , ketika kefasikan sudah umum terjadi.
5.     Sighot : yaitu ijab ( dari wali ) dan qobul ( dari calon suami ).



Referensi :
تنوير القلوب ( ص 308 – 312 )
كتاب الفقه على المذاهب الأربعة ( ج 4 , ص 3 – 5 )

Minggu, 07 September 2014

Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam



Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam 
 
Di dalam konsep Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama'ah atau   berorganisasi , pemimpin ibarat kepala pada tubuhnya. Ia memiliki peranan yang sangat fital dan strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan (harakah) pada tubuh tersebut. Kepiawaian seseorang dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai , yaitu kesuksesan dan kesejahteraan ummat ( organisasi ) dengan iringan ridho Allah.
Dalam bangunan masyarakat Islami atau sebuah organisasi, pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap perjalanan organisasinya. Apabila sebuah organisasi memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala suatu organisasi dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran.
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (kaum elit dan konglomerat) di negeri itu (untuk menaati Allah), akan tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnyalah berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (Qs. Al-Isro' : 16)
Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya organisasi atau masyarakat yang berada dalam balutan Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (Qs. Saba’ : 15), yaitu organisasi atau masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan atau imam dalam sebuah organisasi jama'ah atau kelompok, sampai-sampai Rasulullah bersabda yang maksudnya:
"Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya sebagai imam (pemimpin perjalanan)."
Demikian juga jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan terjadinya ikhtilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw. wafat.

Istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin

Umaro’ atau Ulil Amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah)
Amirul ummah yang bermakna pemimpin (amir) ummat ,
Al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok
Al-Mas'uliyah yang bermakna penanggung jawab
Khadimul ummah yang bermakna pelayan ummat.
Dari beberapa istilah tadi, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam lingkup jama'ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).
Kriteria dalam Menentukan Pemimpin
Jika kita menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-nabi) dan berdasarkan petunjuk Al-Qur'an maka kita dapat menyimpulkan secara garis besar beberapa kriteria dalam menentukan pemimpin. Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :

a. Faktor Keulamaan
Dalam Qs. Fathir : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-hamba Allah, yang paling takut adalah al-‘ulama. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan atau sifat taqwa, maka dia akan selalu menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan Al-Qur'an. Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.
Berdasarkan Qs. Al-hujurat : 1, maka seorang pemimpin tidak akan gegabah dan membantah atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Berdasarkan Qs. Al-Ankabut : 49, maka seorang pemimpin yang berkriteria ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii shudur). Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan sandaran ilmu syari’at.
Berdasarkan Qs. An-Nachl : 43, maka seorang pemimpin haruslah ahlu adz-dzikri (ahli dzikir / ilmu) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab berbagai macam problema ummat.
b. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a, Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak mudah marah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits serta memandang maslahat ummat, daripada hanya sekedar mengedepankan hawa nafsu dan keinginannya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.
Dalam mengambil dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki. Rasulullah SAW berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
c. Faktor Kepeloporan
Berdasarkan Qs. Az-Zumar : 12, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioneer) dalam memerankan perintah Islam.
Berdasarkan Qs. Fathit : 32, maka seorang pemimpin haruslah berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan (sabiqun bil khoiroti bi idznillah)
Berdasarkan Qs. Al-An’am : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya ahli di bidang penyusunan konsep dan strategi (konseptor), tetapi haruslah juga orang yang memiliki karakter sebagai pekerja (operator). Orang yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga pandai bekerja.
Berdasarkan Qs. Fathir : 162 - 163, maka seorang pemimpin haruslah orang yang tawajjuh kepada Allah. Menyadari bahwa semua yang berkaitan dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan menyekutukan Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (Qs. Al-Baqoroh : 207)
Berdasarkan Qs. Ali Imron : 110, sebagai khoiru ummah (manusia terbaik) maka seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang ma'ruf, mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman kepada Allah.
d. Faktor Keteladanan
Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dll.
Berdasarkan Qs. Al-Achzab : 21, maka seorang pemimpin haruslah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak akan mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang baik layaknya Rasulullah.  Seorang pemimpin juga harus memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan. Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran ummat ataupun sebuah organisasi.
e. Faktor Manajerial (Management)
Berdasarkan Qs. As-Shof : 4, maka seorang pemimpin haruslah memahami ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami manajemen kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan, dsb. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang bersifat mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter-parameter lainnya. Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan), tawazun (keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul (komprehensif) secara kaffah atau keseluruhan.
10 Kriteria Pemimpin Menurut Islam
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpinnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh seorang pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
     Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.

2. Niat yang Lurus
     “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
     Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan Allah SWT saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki
     Dalam Al-qur'an surat An nisa' :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara.
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
     Rasullullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu :
”Wahai Abdul Rahman bin samurah ; Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
.

5. Berpegang pada Hukum Allah
     Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah
SWT  berfirman,
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
     Rasulullah SAW bersabda :
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati rakyat
     Rasulullah SAW bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).
8. Tidak Menerima Hadiah
     Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Tegas
     Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
10. Lemah Lembut
     Doa Rasullullah SAW :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara ummatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara ummatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya".
     Selain poin- poin yang ada di atas
, seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq (jujur), Tablig(menyampaikan), Amanah (dapat dipercaya), Fatonah (cerdas).
Sidiq itu berarti jujur.
     Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak adalagi KPK karena tidak adalagi korupsi yang terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kitapun diperintahkan jujur walaupun itu menyakitkan.Tablig adalah menyampaikan, menyampaikan disini dapat berupa informasi juga yang lain. Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda,
” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, mari kita lebih berhati-hati dalam menentukan imam atau pemimpin kita. Karena apapun akibat yang dilakukannya, maka kita pun akan turut bertanggung jawab terhadapnya. Jika kepemimpinannya baik, maka kita akan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, apabila kepemimpinannya buruk, maka kita pun akan merasakan kerusakan dan kehancurannya. Wallahu a'lam bish-showwab.



محمّد طيّب عثمان