Minggu, 02 Maret 2014

Pentingnya kajian ilmu Al-Qur'an



Al-Quran adalah mukjizat yang berupa kitab suci untuk umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril AS untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan serta menunjukkan pada jalan yang lurus (Mabachits fi ulumi Al-qur’an) . Kitab terakhir ini merupakan sumber utama dalam ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Allah SWT ( Hablun min Allah ), tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( Hablun min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan makna Al-Quran itu sendiri serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Al-Quran merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW. Diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, baik lafal maupun uslub-nya. Suatu bahasa yang kaya akan kosa kata dan penuh dengan makna. Kendati Al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti semua orang Arab atau orang yang mahir dalam bahasa Arab dapat memahami Al-Quran secara rinci. Al-Quran adalah kitab suci yang agung dan memiliki nilai sastra bahasa yang sangat tinggi. Meskipun diturunkan kepada bangsa Arab yang lima belas abad lalu terkenal dengan prilaku yang kasar dan keras serta juhala’.
Kitab suci al-Quran sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan benar. Untuk dapat memahami al-Quran dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya sekalipun, diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan, yang disebut Ulumul Qur”an.

Di zaman khalifah usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat akan terjadinya perpecahan di kalangan muslimin tentang bacaan Al-Qur’an,  selama mereka tidak memiliki sebuah Al-Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini, maka berarti Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm Al-Qur’an atau Ilmu  al- Rasm al- Utsmani.
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa ajam (non Arab) , kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an.  Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga Al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an. (Durrotul mahmudiah)
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya. Orang yang paling  berjasa dalam usaha periwayatan ini adalah khulafa’urrosyidin, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid Ibn Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah Ibn al-Zubair dari kalangan sahabat. Sedangkan dari kalangan tabi’in ialah Mujahid, Atha’, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id Ibn Jubair, dan Zaid Ibn Aslam di Madinah. Kemudian Malik bin Anas dari generasi tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Qur’an dan lainnya , akan tetapi semua ini berdasarkan periwayatan secara talqin.
Pada abad ke 2 H ulumul Qu’an memasuki masa pembukuan. Bermula dari pembukuan hadits sesuai dengan bab nya yang bermacam macam yang mencakup permasalahan yang berhubungan dengan tafsir Al-Qur’an , sebagian ulama mengumpulkan tafsir Al-Qur’an yang mereka ketahui periwayatannya dari baginda Rosu SAW ataupun dari sahabat dan para tabi’in , Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-‘ulum al-Qur’aniah ( induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj (W.160 H) , Sufyan Ibn ‘Uyaynah (W.198 H) , Abdur Rozaq Ibn Hammam (W. 211 H) dan Waki’ Ibn al-Jarrah (W.197 H) , mereka semua adalah ahli hadits dan ahli tafsir , akan tetapi tafsir mereka tidak terbukukan dan tidak sampai pada kita.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari (W.310 H). Beliau adalah salah satu ulama’ yang mentafsikan Al-Qur’an sesuai dengan urutan ayatnya dan mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath ( penggalian hukum dari al-Qur’an). Di abad ini juga lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.
Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3, yaitu:
       1.       Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini (W. 234 H)
       2.       Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh Abu ‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam (W. 224 H)
       3.       Kitab tentang musykilul qur’an karangan Ibn Qutaibah (W. 276 H)

Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an. Adapun Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:
       1.  Kitab ulumul Qur’an  karangan Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim (W. 328 H)
       2.       Kitab Ulumul Qur’an karya Muhammad Ibn kholaf (W.309 H)
       3.       Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib al-Qur’an (W.330 H)
       4.       Muhammad Ibn Ali al- Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul Qur’an (W. 388 H)

Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta karyanya adalah;
       1.       Abu Bakar Al-bakolani , kitabnya I’jazul Qur’an (W. 403 H)
       2.       Ali Ibn Ibrohim Ibn Sa’id Al- chaufi , kitabnya I’robul Qur’an (W. 430 H)
       3.       Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur’an (W. 450 H)

            Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur’an. Abu Qasim Abdur Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat al-Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafal-lafal Al-Qur’an yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al- Afnan Fi ‘Aja’ib al-Qur’an dan kitab Al- Mujtaba fi Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an.

Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz mengarang kitab Majaz al-Qur’an. ‘Alam al- Din al- Sakhawi mengarang tentang Qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi, menlis kitab Al- Mursyid al- Wajiz fi ma Yata’allaq bi al- Qur’an al- ‘Aziz.

Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Qur’an, seperti berikut ini:
       1.       Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai al-Qur’an.
Ilmu ini membahas berbagai macam keindahan bahasa dalam al-Qur’an.
       2.       Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an
       3.       Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur’an. Isi kitab ini tentang bukti-bukti yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum
       4.       Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal al-Qur’an
       5.       Badruddin al-Zarkasyi, kitanya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an.

            Pada abad ke- 9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-ilmu Qur’an, yaitu:
       1.       Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap.  Sebab  dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an
       2.       Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
       3.       Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir (873 H). Kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas, beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke 13 H.
            Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan dengan kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya.diantara Ulama yang menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:
       1.       Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah bi Al-Qur’an.
       2.       Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil
       3.       Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an.
       4.       Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
       5.       Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-Qur’an
       6.       Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar
       7.       Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
       8.       T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
       9.       Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
       10.   M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.

 Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat, yaitu:
       1.       Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an mengatakan bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada abad ke-7
       2.        Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15
       3.       Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia berpendapat seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H. Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-shiddieqi.
 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda